Lingkungan Sosial Budaya
Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi,
yaitu sebagai makhluk biologis dan makhluk sosial. Sebagai makhluk biologis,
makhluk manusia atau “homo sapiens”, sama seperti makhluk hidup lainnya yang
mempunyai peran masing-masing dalam menunjang sistem kehidupan. Sebagai makhluk
sosial, manusia merupakan bagian dari sistem sosial masyarakat secara
berkelompok membentuk budaya.
Ada perbedaan mendasar tentang asal mula manusia, kelompok
evolusionis pengikut Darwin menyatakan bahwa manusia berasal dari kera yang
berevolusi selama ratusan ribu tahun, berbeda dengan kelompok yang menyanggah
teori evolusi melalui teori penciptaan, yang menyatakan bahwa manusia itu
diciptakan oleh Allah.
Pemahaman tentang hidup dan kehidupan, itu tidak mudah. Makin
banyak hal yang Anda lihat tentang gejala adanya hidup dan kehidupan, makin
nampak bahwa hidup itu sesuatu yang rumit. Pada individu dengan organisasi yang
kompleks, hidup ditandai dengan eksistensi vital, yaitu: dimulai dengan proses
metabolisme, kemudian pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, dan adaptasi
internal, sampai berakhirnya segenap proses itu bagi suatu “individu”. Tetapi
bagi “individu” lain seperti sel-sel, jaringan, organ-organ, dan sistem
organisme yang termasuk dalam alam mikroskopis, batasan hidup adalah tidak
jelas atau samar-samar.
Kehidupan adalah fenomena atau perwujudan adanya hidup, yang
didukung tidak saja oleh makhluk hidup (biotik), tetapi juga benda mati
(abiotik), dan berlangsung dalam dinamikanya seluruh komponen kehidupan itu.
Ada perpaduan erat antara yang hidup dengan yang mati dalam kehidupan. Mati
adalah bagian dari daur kehidupan yang memungkinkan terciptanya kehidupan itu
secara berlanjut.
Makhluk hidup bersel satu adalah makhluk yang pertama berkembang.
Jutaan tahun kemudian kehidupan di laut mulai berkembang. Binatang kerang
muncul, lalu ikan kemudian disusul amphibi. Lambat laun binatang daratan
berkembang pula muncul reptil, burung dan binatang menyusui. Baru kira-kira 25
juta tahun yang lalu muncul manusia kemudian berkembang berkelompok dalam
suku-suku bangsa seperti saat ini, dan hampir di setiap sudut bumi ditempati
manusia yang berkembang dengan cepat.
Lingkungan hidup adalah suatu konsep holistik yang berwujud di
bumi ini dalam bentuk, susunan, dan fungsi interaktif antara semua pengada baik
yang insani (biotik) maupun yang ragawi (abiotik). Keduanya saling mempengaruhi
dan menentukan, baik bentuk dan perwujudan bumi di mana berlangsungnya
kehidupan yaitu biosfir maupun bentuk dan perwujudan dari kehidupan itu
sendiri, seperti yang disebutkan dalam hipotesa Gaia. Lingkungan hidup yang
dimaksud tersebut tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, oleh karena itu yang
dimaksud dengan lingkungan hidup adalah lingkungan hidup manusia.
Permasalahan Lingkungan Hidup
Belum ada definisi tentang lingkungan sosial budaya yang
disepakati oleh para ahli sosial, karena perbedaan wawasan masing-masing dalam
memandang konsep lingkungan sosial budaya. Untuk itu digunakan definisi kerja
lingkungan sosial budaya, yaitu lingkungan antar manusia yang meliputi:
pola-pola hubungan sosial serta kaidah pendukungnya yang berlaku dalam suatu
lingkungan spasial (ruang); yang ruang lingkupnya ditentukan oleh keberlakuan
pola-pola hubungan sosial tersebut (termasuk perilaku manusia di dalamnya); dan
oleh tingkat rasa integrasi mereka yang berada di dalamnya.
Oleh karena itu, lingkungan sosial budaya terdiri dari pola
interaksi antara budaya, teknologi dan organisasi sosial, termasuk di dalamnya
jumlah penduduk dan perilakunya yang terdapat dalam lingkungan spasial
tertentu.
Lingkungan sosial budaya terbentuk mengikuti keberadaan manusia di
muka bumi. Ini berarti bahwa lingkungan sosial budaya sudah ada sejak makhluk
manusia atau homo sapiens ini ada atau diciptakan. Lingkungan sosial budaya
mengalami perubahan sejalan dengan peningkatan kemampuan adaptasi kultural
manusia terhadap lingkungannya.
Manusia lebih mengandalkan kemampuan adaptasi kulturalnya
dibandingkan dengan kemampuan adaptasi biologis (fisiologis maupun morfologis)
yang dimilikinya seperti organisme lain dalam melakukan interaksi dengan
lingkungan hidup. Karena Lingkungan hidup yang dimaksud tersebut tidak bisa
lepas dari kehidupan manusia, maka yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah
lingkungan hidup manusia.
Rambo menyebutkan ada dua kelompok sistem yang saling berinteraksi
dalam lingkungan sosial budaya yaitu sosio sistem dan ekosistem. Sistem sosial
tersebut meliputi: teknologi; pola eksploitasi sumber daya; pengetahuan;
ideologi; sistem nilai; organisasi sosial; populasi; kesehatan; dan gizi.
Sedangkan ekosistem yang dimaksud meliputi tanah, air, udara, iklim, tumbuhan,
hewan dan populasi manusia lain. Dan interaksi kedua sistem tersebut melalui
proses seleksi dan adaptasi serta pertukaran aliran enerji, materi, dan
informasi.
STRUKTUR
DAN FUNGSI EKOSISTEM
Struktur Ekosistem
Manusia sebagai mahluk sosial, tidak dapat hidup
secara individu, selalu berkeinginan untuk tinggal bersama dengan
individu-individu lainnya. Keinginan hidup bersama ini terutama berhubungan
dalam aktivitas hidup pada lingkungannya. Manusia mempunyai kedudukan khusus
terhadap lingkungannya dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya, yaitu sebagai
khalifah atau pengelola di atas bumi.
Manusia dalam hidup berkelompok ada yang membentuk
masyarakat, dan tidak setiap kelompok dapat disebut masyarakat, karena
masyarakat mempunyai syarat-syarat tertentu sebagai ikatan kelompok. Masyarakat
dapat diartikan sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan terikat oleh suatu
rasa identitas bersama.
Dinamika masyarakat memberikan kesempatan
kebudayaan untuk berkembang, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada
kebudayaan tanpa masyarakat, dan tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan sebagai
wadah pendukungnya.
Azas-azas dan ciri-ciri kehidupan berkelompok
pada mahluk hidup, juga dijalani oleh manusia dalam bermasyarakat.
Fungsi Ekosistem
Kebudayaan dapat diartikan dengan hal-hal yang
bersangkutan dengan akal. Kebudayaan adalah keseluruhan dari kelakuan dan hasil
kelakuan manusia, yang teratur oleh tata kelakuan yang harus di dapatnya dengan
belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Tidak ada
kebudayaan tanpa masyarakat, dan tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan.
Kebudayaan adalah keseluruhan pola tingkah laku
dan pola bertingkah laku, baik secara eksplisit maupun implisit, yang diperoleh
dan diturunkan melalui simbol, yang akhirnya mampu membentuk sesuatu yang khas
dari kelompok-kelompok manusia, termasuk perwujudannya dalam benda-benda
materi.
Kebudayaan mencakup ruang lingkup yang luas,
yang wujudnya dapat berupa kebudayaan hasil rasa atau sistem budaya (norma,
adat istiadat), hasil cipta (fisik) dan konsep tingkah laku (sistem sosial).
Kebudayaan dimulai sejak adanya mahluk Homo
Neanderthal (ras manusia yang sudah punah) kurang lebih 200.000 tahun yang
lalu. Mahluk ini diperkirakan sudah mempunyai bahasa, dengan volume otak yang
hampir sama dengan manusia. Kemudian muncul mahluk homo sapiens kurang lebih
80.000 tahun yang lalu. Dua unsur yang memungkinkan kebudayaan manusia bisa
berevolusi adalah bahasa dan akal.
Perkembangan kebudayaan berkembang sangat lamban
dimulai dari adanya mahluk Neanderthal hingga revolusi pertanian (10.000 th.
yang lalu), tetapi sejak revolusi industri (abad 18 M), kebudayaan berkembang
dengan pesat. Lebih-lebih zaman sekarang (abad 20) yang ditandai dengan
gencarnya inovasi teknologi; era informasi; peluang ekonomi yang tak
terbayangkan sebelumnya; dan reformasi politik yang radikal dan berdampak
global. Sehingga ada kecenderungan berbudaya gaya internasional. Perkembangan
budaya ini dipengaruhi oleh alam pikiran yang menjadikan tahapan perkembangan
dalam budaya mitis, ontologis, dan fungsional.
Begitu banyak unsur-unsur budaya yang ada di
dunia ini, namun ada unsur-unsur kebudayaan yang bersifat universal, yaitu
tujuh unsur kebudayaan meliputi: bahasa; sistem pengetahuan; organisasi sosial;
sistem peralatan hidup dan teknologi; sistem mata pencaharian hidup; sistem
religi; dan kesenian. Ketujuh unsur budaya ini terintegrasi sebagai satu
kesatuan yang utuh dalam suatu masyarakat sebagai ciri dari suatu budaya
melalui proses penyesuaian, sehingga memungkinkan unsur-unsur tersebut
berfungsi secara seimbang. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk, integrasi
sosial sebagai usaha untuk menjalin hubungan yang serasi.
KOMUNITAS, POPULASI, DAN SPESIES
Komunitas
Kota adalah salah satu habitat manusia yang
merupakan lingkungan alam yang telah berubah drastik menjadi lingkungan buatan,
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Batasan kota bervariasi tergantung dari
sudut pandang pengamat.
Pola lokasi kota bervariasi karena banyak
faktor-faktor yang mempengaruhi. Sedangkan untuk struktur ruang kota, ada tiga
pola ruang kota yaitu berupa lingkaran konsentris, pola sektor, dan pola inti
ganda.
Memahami kehidupan dan lingkungan hidup kota tak
ubahnya kita memahami jasad hidup, yaitu jasmani kota dan rohani kota. Jasmani
kota ada yang berupa metabolisme kota, peredaran makanan atau darah kota,
sistem syaraf kota, dan tulang-tulang struktur kota yang berupa infrastruktur.
- Kota mempunyai fungsi-fungsi khusus (satu kota bisa berbeda dengan fungsi kota yang lain).
- Mata pencaharian penduduknya di luar agraris (non-agraris).
- Adanya spesialisasi pekerjaan warganya.
- Kepadatan penduduk relatif tinggi.
- Warganya relatif mobility.
- Tempat permukiman yang tampak permanen.
- Sifat-sifat warganya yang heterogen, kompleks, hubungan sosial yang impersonal dan external, serta personal segmentation, karena begitu banyaknya peranan dan jenis pekerjaan seseorang dalam kelompoknya sehingga seringkali orang tidak kenal satu sama lain, seolah-olah seseorang menjadi asing dalam lingkungannya.
Kota mempunyai fungsi tertentu yang berbeda
antara satu dengan kota lainnya. Perbedaan tersebut akan menghasilkan karakter
tertentu pula bagi penduduknya. Terciptalah pula suatu masyarakat yang
mempunyai ciri-ciri sosial budaya yang berbeda dengan masyarakat di luarnya,
antara satu kota dengan kota lainnya.
Populasi
Pengertian desa sebagai tempat permukiman sangat
beragam tergantung dari kacamata pengamatnya, bisa ditinjau dari aspek morfologi,
aspek jumlah penduduk, aspek ekonomi, dan aspek sosial budaya serta aspek
hukum.
Masyarakat desa selalu dikonotasikan dengan ciri
tradisional, kuatnya ikatan dengan alam, eratnya ikatan kelompok, guyup rukun,
gotong royong, alon-alon asal kelakon, dan paternalistik.
Pada umumnya mata pencaharian penduduk di
perdesaan adalah bercocok tanam atau bertani. Ada pekerjaan lain seperti
bertukang, kerajinan atau pekerjaan lain, tetapi pekerjaan ini merupakan
pekerjaan sambilan sebagai pengisi waktu luang.
Pembagian kerja di desa relatif sederhana bila
dibandingkan dengan kota. Struktur sosial di kota mengenal diferensiasi yang
luas sedangkan di perdesaan relatif sederhana. Di perdesaan orang lebih
menghayati hidupnya, terutama pada kelompok primer dan berorientasi pada
tradisi, serta cenderung konservatif.
Pola ruang desa-desa Indonesia cukup bervariasi
tergantung dari di mana lokasi desa itu berada, yaitu: Pola Melingkar; Pola
Mendatar; Pola Konsentris; Pola memanjang jalur sungai atau Jalan; Pola Mendatar;
dan Pola Konsentris Desa di Jawa Timur.
MANUSIA
DAN LINGKUNGAN HIDUP
Kedudukan Manusia dalam Lingkungan Hidup dan Dinamika Populasi
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang
dinamis, yang meliputi hubungan antara masing-masing individu; antara kelompok
maupun antara individu dengan kelompok.
Melihat interaksi manusia dapat dilihat dalam
dua tingkat (kacamata), yaitu tingkat hayati dan tingkat sosial atau budaya.
Interaksi sosial tidak akan terjadi bila tidak
memenuhi dua syarat, yaitu: (1) Adanya kontak sosial (social-contact); (2)
adanya komunikasi (communications). Dan menurut ahli-ahli sosial bentuk-bentuk
interaksi sosial dapat berupa kerja sama (co-operation), persaingan
(competition), pertentangan atau pertikaian (conflict), dan dapat juga
berbentuk akomodasi (accommodation).
Menurut kacamata ahli ilmu alam, dasar proses
interaksi manusia adalah kompetisi. Kompetisi itu pada hakekatnya berlangsung
dengan proses kerjasama yang spontan dan tidak berencana, membentuk apa yang
disebut koperasi yang kompetitif. Sebagai akibat timbullah apa yang disebut
relasi yang simbiotik.
Relasi simbiotik itu dalam bentuk mutualisme,
komensalisme, amensalisme, kompetisi, parasitisme, dan predasi.
Interaksi pada makhluk hayati terjadi secara
netral, untuk keseimbangan ekosistem itu sendiri. Interaksi sosial pada manusia
tidak terjadi secara netral, ada norma-norma moral manusia. Dalam interaksinya
dengan lingkungan cenderung antroposentrik, sehingga membuka peluang manusia
untuk bersifat eksploitatif terhadap lingkungannya. Tetapi dengan memadukan
sikap imanen dan transenden sebagai dasar moral dan tanggung jawab dalam
memanfaatkan alam sifat eksploitatif dapat lebih terkendali.
Lingkungan Hidup Buatan
Untuk memahami perilaku atau tingkah laku
manusia dapat ditelusuri melalui persepsi manusia terhadap lingkungannya.
Persepsi adalah stimulus atau sesuatu yang dapat memberikan rangsangan pada
syaraf, yang ditangkap oleh panca indera serta diberi interpretasi (arti) oleh
sistem syaraf.
Dalam melihat persepsi ini ada dua pendekatan
yaitu pendekatan konvensional dan pendekatan ekologis dari Gibson.
Usaha menjelaskan perilaku sebagai ungkapan
persepsi dapat dilihat dari interaksi antara rangsangan (stimulus) terhadap
reaksi (respons). Beberapa aliran hubungan Stimulus – Response antara manusia
dengan lingkungannya, adalah: aliran determinisme; interaksionisme; dan
transaksionisme.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
persepsi seseorang terhadap lingkungannya, adalah faktor obyek fisik dan faktor
individu. Hasil interaksi individu dengan obyek fisik menghasilkan persepsi
individu tentang obyek tersebut.
Sedangkan respon manusia terhadap lingkungannya
bergantung pada bagaimana individu mempersepsikan lingkungannya. Respon ini
dapat dilihat dari gejala-gejala persepsi mereka terhadap ruang sebagai
lingkungan tempat tinggalnya, yaitu meliputi personal space, privacy,
territoriality, crowding dan density, peta mental, serta stress.
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
Sumber Daya Alam Secara Umum
Pembangunan adalah sebagai suatu usaha atau
rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara
sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka
pembinaan bangsa.
Konsep pembangunan tersebut dapat dilihat
sebagai konsep pertumbuhan (growth); rekonstruksi (reconstruction); modernisasi
(modernization); westernisasi (westernization); pembangunan bangsa (nation
building); pembangunan nasional (national development); pembangunan sebagai
pengembangan negara; dan pembangunan sebagai upaya pemenuhan hidup, kebebasan
memilih dan harga diri.
Di Indonesia teori pembangunan dijabarkan
sebagai konsep pembangunan bertahap yaitu: pembangunan berimbang (balanced
development); tahap pembangunan memenuhi kebutuhan pokok; tahap pembangunan
dengan pemerataan; dan terakhir adalah tahap pembangunan dengan kualitas hidup,
yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh
masyarakat Indonesia. Dengan strategi yang diterapkan adalah Trilogi
Pembangunan meliputi: pertumbuhan ekonomi; pemerataan kesejahteraan sosial; dan
stabilitas politik. Jika kita lihat tahapan pembangunan pada teori pembangunan
tersebut di atas, terlihat bahwa Indonesia pun mengikuti tahapan pembangunan
tersebut.
Konsekuensi pembangunan adalah melakukan
perubahan sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup. Sedangkan perubahan baik
pada lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya ini berdampak positif dan
negatif.
Neraca pembangunan yang terjadi saat ini
dirasakan tidaklah menggembirakan. Di satu sisi ada kemajuan, di lain sisi
ditemukan kerusakan lingkungan yang secara serius akhirnya mengganggu kehidupan
manusia dan kelangsungan pembangunan itu sendiri. Hal ini tidak hanya terjadi
di negara-negara berkembang, yang sedang giat-giatnya membangun, tetapi juga di
alami oleh negara-negara maju.
Oleh karena itu, muncullah konsep pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) sebagai upaya meleburkan atau
melarutkan lingkungan ke dalam pembangunan, yaitu dengan tetap berusaha atau
membangun tidak melampaui kemampuan ekosistem yang mendukung kehidupannya.
Setelah permasalahan lingkungan dirasakan dapat mengganggu kehidupan manusia
dan kelangsungan pembangunan itu sendiri.
Sumber Daya Alam Terbarui
Perubahan sosial adalah suatu perubahan yang
terjadi pada sistem sosial yang mencakup tata nilai sosial, sikap, dan pola
perilaku kelompok. Perubahan sosial merupakan perubahan kelembagaan masyarakat
dan perubahan individu.
Ada lima bentuk perubahan sosial, yaitu: (1)
perubahan evolusioner; (2) perubahan revolusioner; (3) perubahan dialektikal;
(4) perubahan dipaksakan; dan (5) perubahan terkendali.
Sedangkan perubahan bentuk perubahan budaya
adalah: (1) Alkulturasi; (2) Asimilasi; (3) Difusi; (4) Sinkretisme; dan (5)
Penetrasi.
Dalam konteks pengelolaan lingkungan, masyarakat
tradisional lebih bersandar pada penyesuaian masyarakat pada lingkungannya.
Sedangkan masyarakat modern mengandung lebih banyak unsur yang berkaitan dengan
mengatasi atau mengubah kendala lingkungan hidup.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan dapat dibagi dalam 2 sifat yaitu perubahan endogenik (perubahan dari
dalam), dan perubahan exogenik (dari luar).
Pada umumnya perubahan dari luar akan mempunyai
dampak yang lebih besar, dan lebih banyak berhubungan dengan aspek pembangunan,
serta bersifat revolusioner. Walaupun demikian tidak berarti bahwa perubahan
dari dalam tidak bisa serius.
Di dalam suatu masyarakat yang sedang membangun,
perlu terjadi suatu perubahan sosial yang diberi nama modernisasi. Modernisasi
dapat diartikan sebagai penerapan pengetahuan ilmiah yang ada pada semua
aktifitas, semua bidang kehidupan, atau semua aspek-aspek masyarakat. Untuk
mendukung modernisasi perlu suatu tata nilai modern pada individu, yang
mencakup kualitas pribadi dan tersebarnya pengetahuan ilmiah serta keterampilan
teknis. Tata nilai modern pada individu harus melembaga pula pada suatu
kelembagaan sosial yang modern. Mana yang menjadi unsur utama, para ahli masih
belum ada kesepakatan.
Dari pengalaman pembangunan di Dunia Ketiga,
diketahui bahwa modernisasi tanpa didukung oleh perubahan sosial tidaklah
efektif. Oleh karena itu, perubahan sosial hendaknya memperhatikan nilai
teologi etis atau teologi pembebasan dan bersifat suatu perubahan sosial yang
baru atau pembaruan yang dibawa oleh tokoh-tokoh agen pembaruan.
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Pembangunan Konvensional dan Permasalahan Lingkungan Hidup
Pendudukan dan lingkungan hidup berkaitan erat.
Keprihatinan tentang masalah kependudukan sebetulnya telah lama dirasakan.
Sekarang keprihatinan itu telah meningkat kembali setelah kita sendiri menjadi
lebih sadar tentang berbagai dampak pertumbuhan penduduk yang tak terkendalikan
di negara kita sendiri.
Bersamaan dengan meningkatnya kesadaran
lingkungan hidup, telah meningkat pula kesadaran tentang kaitan antara
lingkungan hidup dengan aspek kependudukan.
Bagi lingkungan sosial, masalah kependudukan dan
lingkungan hidup merupakan unsur atau komponen dari masalah lingkungan sosial,
yaitu masalah perubahan sosial di segala segi kehidupan, akibat perubahan dari
segi material dan teknologi yang lebih cepat dari pada laju perubahan dari segi
tata nilai atau gaya hidup.
Oleh karena itu, untuk menanggapi masalah
kerusakan lingkungan hidup, pola hidup penduduk harus berubah sehingga tumbuh
masyarakat yang mampu menopang suatu pembangunan yang dapat memperbaiki mutu
kehidupan manusia dengan tetap berusaha tidak melampaui kemampuan ekosistem
yang mendukung kehidupannya.
Untuk menumbuhkan masyarakat yang seperti itu,
perlu dikembangkan prinsip etika (prinsip pertama dari prinsip-prinsip
berkelanjutan) yang mengindahkan semangat gotong royong. Di atas prinsip gotong
royong dikembangkan empat prinsip berkelanjutan, yaitu:
- Prinsip meningkatkan kualitas hidup. Pembangunan ini baru berarti jika meningkatkan kualitas hidup dalam segala seginya;
- Prinsip melestarikan vitalitas dan keanekaragaman bumi agar pembangunan bisa berlanjut;
- Prinsip minimalisasi penciutan sumberdaya alam yang tidak diperbarui; dan
- Prinsip mengindahkan daya dukung lingkungan.
Kualitas hidup yang tinggi, yang memperhatikan
ekologi berkelanjutan sebagai hasil dari pembangun yang berkelanjutan,
memerlukan indikator-indikator sebagai alat untuk mengukur kemajuan ke arah
masyarakat yang berkelanjutan. Mencakup: kualitas hidup; keberlanjutan ekologi;
keberlanjutan penggunaan sumber daya terbarukan dan meminimumkan penggunaan
sumberdaya tak terbarukan; dan faktor sosial ekonomi.
Konsep Pembangunan yang Berkelanjutan
Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan seperti di
laut, hutan, atmosfer, air, tanah, dan seterusnya bersumber pada perilaku
manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya mementingkan diri
sendiri. Oleh karena itu, krisis lingkungan ini hanya bisa diatasi dengan
melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam yang
fundamental dan radikal melalui etika lingkungan yang dibutuhkan untuk menuntun
manusia berinteraksi dengan alam semesta.
Ada dua pemahaman tentang etika, yaitu etika
yang dipahami sebagai moral dan etika yang dipahami dalam pengertian yang
berbeda dengan moralitas, sehingga mempunyai pengertian yang lebih luas dan
merupakan refleksi kritis bagaimana manusia harus bertindak dalam situasi
konkret dan situasi tertentu melalui penelusuran kritis teori etika deontologi,
etika teleologi, dan etika keutamaan.
Sedangkan etika lingkungan di sini dipahami
sebagai disiplin ilmu yang berbicara mengenai norma dan kaidah moral yang
mengatur perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam serta nilai dan prinsip
moral yang menjiwai perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam.
Berbagai teori etika lingkungan dapat menjelaskan pola perilaku
manusia dalam kaitan dengan lingkungan. beberapa teori etika lingkungan ini
merupakan perkembangan pemikiran di bidang etika lingkungan, yaitu Shallow
Environmental Ethic, Intermediate Environmental Ethic, dan Deep Environmental
Ethic. Ketiga teori ini dikenal sebagai antroposentrisme, biosentrisme, dan
ekosentrisme. Ketiga teori ini mempunyai cara pandang yang berbeda tentang
manusia, alam, dan hubungan manusia dengan alam.
No comments:
Post a Comment