oleh: Najmi Haniva
sumber:
http://www.eramuslim.com/akhwat/muslimah/najmi-haniva-bukan-kisah-cinta-sejati.htm
Sebesar apa pun cinta kepada seorang lelaki, jika ternyata bukan
jodoh, maka tak akan berlangsung sangat lama cinta itu. Kisah demi
kisah akan bergulir. Berganti satu persatu. Sesuai kisah cinta yang
tengah terjadi pada suatu masa. Mungkin pada kisah ini perasaan begitu
diliputi cinta yang membuncah. Memikirkan hingga melayang di awan.
Bahagia tiada tara hanya dengan membayangkan wajahnya. Bertemu
dengannya bisa membawa senyum hingga berhari-hari. Senyumnya selalu
tergambar di angan-angan. Semua menjadi indah dengan cinta pada dia.
Berharap dialah yang menjadi takdir jodoh. Bahkan mungkin telah yakin.
Berdua bersama menuju ikatan suci. Tapi, jika tak jodoh, hilang
segala indah.
Untuk para akhwat atau muslimah yang sudah lebih paham dan baik
akhlaknya, mereka lebih berhati-hati. Tidak akan terlibat pada hubungan
tak jelas dengan seorang lelaki. Hanya bisa memendam perasaan.
Memanajemen perasaan cinta. Tak akan sesumbar pada banyak orang. Namun,
mereka tetap manusia yang lemah oleh perasaan merah jambu itu. Tetap
merasakan desir halus dan percikan bahagia.
Kadang mereka merasa bahwa lelaki pujaan hatinya adalah yang terbaik.
Sungguh sholeh dan mendekati sempurna. Sholeh, tampan, pintar, baik,
dan kaya. Aktivis dan bermanfaat untuk umat. Sangat tepat untuk menjadi
pasangan hidup. Perasaan meluap. Kagum semakin merekah. Mereka
diliputi dilema. Antara cinta fana dan cinta sejati. Mereka sadar dan
mereka terbuai.
Hanya yang hatinya benar-benar telah terpaut oleh cintaNya lah yang
bisa sadar seutuhnya. Bahwa kisah cinta yang mereka alami tak akan
berlangsung lama. Mungkin bertahun-tahun. Tapi tak akan berbelas tahun
apalagi selamanya. Kecuali yang telah menjadi jodohnya. Mereka akan
mengingat kisah cinta yang lalu. Perasaan yang sama. Pada lelaki berbeda
yang memiliki kriteria yang sama. Kisah itu telah berakhir. Perasaan
akan hilang. Begitu juga dengan kisah ini, yang mereka rasakan saat
ini, pun akan berakhir dan hilang.
“Cintailah kekasihmu sedang-sedang saja,boleh jadi suatu hari yang
engkau cintai itu menjadi orang yang paling engkau benci. Bencilah apa
yang engkau benci, dengan sedang-sedang saja. Boleh jadi sesuatu yang
engkau benci itu suatu hari akan menjadi apa yang paling engkau cintai
(HR. Tirmidzi). Para akhwat kekasih Allah akan selalu ingat pada
hadist ini. Sehingga cinta tak membawa mereka pada berlebihan lagi
melenakan.
Maka mereka tak akan resah dan berlebih lagi dalam mengagumi dan
mencinta. Karena mereka sadar, kisah ini belum pasti kisah cinta
sesungguhnya untuk mereka. Mungkin hanya sebuah pembelajaran. Atau
ujian. Dan mereka tak akan tergelincir atau terlena oleh kisah cinta
yang palsu. Mereka akan berfikir, “Jika dahulu aku bergitu memikirkan
dan mendambakan seseorang, kemudian aku melupakan karena tak ada lagi
rasa. Maka sekarang, perasaan ini pun akan lenyap ketika tahu dia bukan
jodohku. Sekuat apa pun perasaanku padanya, jika Allah tak tetapkan
jodoh dengannya, maka tak akan bertahan lama di hatiku.”
Kemudian mereka tersenyum sembari berkata, “Allah, Engkaulah pemilik
hati ini, yang tak mungkin membuatnya sakit. Jadi aku tak akan tersiksa
atau kesakitan ketika cinta menyapaku. Tidak akan berlebih
merasakannya. Karena Engkaulah yang memberi cinta. Engkau yang
mengatur kisah cintaku. Engkau yang menjaga hatiku...”
Indahnya ketika wanita tak terbelenggu rasa. Tak disibukkan oleh
cinta. Kehidupannya pun tak terpengaruh oleh cinta pada lelaki. Mereka
bebas tanpa terikat oleh jerat asmara. Tidak ada harapan yang
berlebih. Perasaan yang meluap nan bergejolak. Sedih berkepanjangan
ketika tak bisa bertemu, ketika tak dikenal atau disapa, tak dekat.
Tak berjodoh. Duhai, menderitanya wanita seperti itu. Hidupnya
terfokus pada satu lelaki, yang malangnya bukan jodohnya.
Namun bukan berarti cinta pada lelaki adalah lebih banyak
keburukannya. Harus diperangi. Bukan begitu. Seperti yang akhwat-akhwat
katakan, atau ustadz-ustadzah sampaikan dalam ceramahnya, bahwa
perasaan cinta yang melebihi cinta kepada Allah hanya akan membawa
kesengsaraan. Berlebihan namanya ketika selalu mengingat wajahnya
disetiap waktu. Berlebihan juga ketika bahagia luar biasa ketika
bertemu dengan lelaki pujaan hati. Sangat berlebihan mencinta jika
lebih mementingkan dia dibandingkan ibadah dan amal lainnya. Jadilah
kesengsaraan atau penderitaan menghinggapi hidupnya. Selain itu dapat
murka Allah dan dosa. Karena sudah jelas dalam Al-Quran tertulis
bahwa, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan.” (QS. Al-An’am [6] : 14)
Maka, marilah kita, sebagai wanita untuk tidak lemah oleh rasa cinta.
Pada lelaki. Meskipun dia adalah lelaki yang sangat mendekati sempurna.
Yang bisa membawa ke surga. Karena dia belum tentu jodoh. Bisa-bisa
kita malah patah hati ketika dia menemukan dan bersama jodohnya. Belum
lagi zina yang sering kita lakukan karena menyukainya. Dari Abu
Hurairah, dari Rasulullah saw, beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah
telah menetapkan bagi anak cucu Adam bagian dari zina, yang ia pasti
mengetahuinya. Zina mata berupa pandangan, zina lisan berupa ucapan, dan
jiwa mengharap dan menginginkan. Dan farji(kemaluan) yang membenarkan
atau mendustainya". (HR. Muttafaqun 'alaihi) Sadarlah diri, dia
belum pasti menjadi takdir jodoh.
Nasehat ini untuk kita, aku, yang masih lemah oleh rasa. Semoga tak
akan berlebihan menikmati cinta fana. Semoga juga seperti para muslimah
dan akhwat itu, dengan pikiran jernihnya. “Dan katakalah kepada
wanita beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan
memelihara kemaluannya.” (QS. An-Nur [24]: 31). Jika cinta ini bukan
yang sebenarnya, maka kisah akan berakhir dan perasaan cinta yang kuat
akan menguap. Mereka tak takut susah melenyapkan rasa cinta. Karena
mereka tahu dan yakin bahwa hati mereka milik Allah. Allah yang
membolak-balik hati manusia. Jadi, mereka yakin bahwa rasa akan
hilang... berganti cinta pada jodohnya. Mereka tak resah oleh rasa.
Mereka tersenyum menyambut cinta dan tetap dalam batasan wajar yang
disukai Allah.
Semoga kita, untuk yang kesusahan mengendalikan hati dan fikir karena
cinta, bisa seperti para akhwat dan muslimah itu. Yang memiliki
keimanan dan ketawaan kuat dan besar. Tak akan tergoyahkan oleh cinta
semu. Bahkan cinta pada si dia mendekatkan hatinya kepada Allah.
Semakin mencintai dan dicintai Allah. Semoga kita semua bisa...
menjaga hati, fikir dan diri hanya untuk Allah... Aamiin.