Wednesday, January 13, 2016

Luapan emosi

Bagai dihujani meteor. Bagai diserang petir disiang bolong. Sulit untuk mendeskripsikan semua yang kurasain. Sedih.. Kecewa, dan terkadang merasa minder. TAKUT.

Setiap manusia pasti memiliki masalah sendiri dalam hidupnya. Entah itu masalah yg terlihat dengan mata, ataupun kasat mata. Tergantung si individu menyikapinya seperti apa.

Yaah. Menyendiri dan merangkainyaa dalam sebuah kalimat, cara yg aku menyikapi masalah yg datang. Cara aku meluapkan emosi yg tak bisa terungkap. Kesendirian adalah teman untuk ku. Kesendirian memeberikan ketenangan, yang tidak bisa aku temukan bila aku berpura-pura untuk normal. Entahlah disaat seperti ini, aku merasa tidak satu orangpun yg menjadi temanku. Teman yg bukan hanya disaat kita meminta baru ia mendekat, LEBIH DARI ITU. Lebih dari seseorang yang hanya memberikan senyuman dan tawa.



pasti kalian mikir kenapa nggak diceritaain langsung aja semuanya dgn org yg kita percaya? Nggak harus nunggu kan?
Nggak. Nggak segamblang itu pemikiran kita. Yah, aku nilainya gini. Siapa tau orang yg kita ceritaan lagi banyak masalah juga, nggak ngurusi deh org lain? Atau Siapa tau orang yg kita ceritaan justru nggak akan bisa nerimanya. Maksud aku apa yg kita pikirkan, dianggep salah aja dimata mereka. Entahlaah itu hanya pemikiran aku saja. Tapi ketika org lain bercerita? Aku justru ikut ngerasain.

Yaa Sudah lupa kan.
Yang menjadi inti cerita dri entri kali ini bukan itu kok. Aku ingin menupahkan kesedihan ku tentang ibu. Apa yg kalian rasain ketika seseorang berusaha bertahan hidup ditengah rasa sakitnya dimana dia ingin ngeliat orang yg menurutnya berharga, memiliki kehidupan yang bahagia dimasa depan. Otomatis kalian merasa sedih dan BODOH. SELAMA INI KITA HANYA MEMIKIRKAN KEBAHAGIAAN KITA KEDEPAN, dan mementingkan perasaan sendiri. Tapi kita sendiri suka lupa, kalo selama kita hidup ini, ada orang tua yang selalu memikirkan kehidupan kita. Memikirkan kebahagiaan kita. Keadaan mama saat ini makin parah. Aku ngerasa kasihan dengan kesehatan mama saat ini. Setelah dilakuin operasi 2 kali pengangkatan penyakit dipayudara sebelah kiri. Bukannya membaik Malahan payudara mama sebelah kiri semakin membesar. Justru sekrang mengeluari banyak darah, dan payudara yg membengkak tadi juga membolong. Karna banyaknya darah yang mengalir dari bolongan itu, ngebuat hb mama turun dan semakin lemes. Setiap kali aku ngeliat bolongan dipayudara mama, aku rasanya pengen teriak. Kenapaa harus begini, kenapa mama harus ngerasain sakit kayak gini. Apa lagi setiap kali mama merintih kesakitan, air mata selalu mengalir. Tanpa diperintahkan untuk menetes, air maata ini tidak sanggup menahan. Menahan rasa yg bergejolak dijiwa. Bahkan setiap kali aku duduk dan memikirkan kondisi mama, air mata ini tak hentinya berhenti mengalir. Aku kasian liat mama, mama saat ini susah untuk melakukan banyak hal. Sungguh aku nggak pernah sanggup nahan air mata ini untuk tidak mengalir. Padahal aku sudah bersikeras untuk nggak nangis,  Tapi tetep aja selalu gagal. Gagal untuk berpura-pura kalo aku bisa tegar. Berpura-pura kalo aku bisa nerimanya. Sebulan lagi,  setahun penyakit kanker payudara itu menyerang mama. Selama setahun itu mama selalu mencoba untuk bertahan,  bertahan untuk  hidup. Setiap hari harus menahan sakit, setiap hati harus meminum berbagai jenis  obat yg pada kenyataannya mama sendiri tidak ingin mengkonsumsinya. Apa lagi darah yg keluar itu meninggal kan aroma yg nggak enak, sampe mama sendiri nggak kuat untuk menciumnya. Yah bisa ditebak, selain menahan rasa sakit, mama juga harus menahan bau yg keluar dri darah itu. Terkadang aku merasa iri dengam teman2ku, apa mereka nggak pernah dirundung masalah dikeluarga mereka.
Yaa robb sungguh berat cobaan mu ini. Tiada henti ujian yg engkau beri. Setelah papa pergi meninggalkan kami,engkau tambah lagi dengan ujianmu selanjutnya. Jangan,, ya robb.. Jangan kau ambil ibu ku sebelum hamba bisa membuat bangga ibu hamba, sebelum hamba bisa merealisakan mimpi hamba utk orang tua hamba, sebelum ibu hamba melihat dan menggedong cucu dri anak2 hamba nanti. Berikan lah rahmad mu ya robb. Berikan lah pertolongan mu untuk mama. Berikanlah kesembuhan pada mama ya allah. Jangan engkau berikan cobaan yang berat untuk mama, kasihanilah mama ya Allah. Dan jangan engkau butakan matahati kami untuk terpuruk pada masalah ini, membuat kami jadi kufur dengan nikmat mu.
pasti kalian mikir kenapa nggak diceritaain langsung aja semuanya dgn org yg kita percaya? Nggak harus nunggu kan?
Nggak. Nggak segamblang itu pemikiran kita. Yah, aku nilainya gini. Siapa tau orang yg kita ceritaan lagi banyak masalah jug, nggak ngurusi deh org lain? Atau Siapa tau orang yg kita ceritaan justru nggak akan bisa nerimanya. Maksud aku apa yg kita pikirkan, dianggep salah aja dimata mereka. Entahlaah itu hanya pemikiran aku saja. Tapi ketika org lain bercerita? Aku justru ikut ngerasain.
Sudah lupa kan.
Yang menjadi inti cerita dri entri kali ini bukan itu kok. Aku ingin menupahkan kesedihan ku tentang ibu. Apa yg kalian rasain ketika seseorang berusaha bertahan hidup ditengah rasa sakitnya dimana dia ingin ngeliat orang yg menurutnya berharga, memiliki kehidupan yang bahagia dimasa depan. Otomatis kalian merasa sedih dan BODOH. SELAMA INI KITA HANYA MEMIKIRKAN KEBAHAGIAAN KITA KEDEPAN, dan mementingkan perasaan sendiri. Tapi kita sendiri suka lupa, kalo selama kita hidup ini, ada orang tua yang selalu memikirkan kehidupan kita. Memikirkan kebahagiaan kita. Keadaan mama saat ini makin parah. Aku ngerasa kasihan dengan kesehatan mama saat ini. Setelah dilakuin operasi 2 kali pengangkatan penyakit dipayudara sebelah kiri. Bukannya membaik Malahan payudara mama sebelah kiri semakin membesar. Justru sekrang mengeluari banyak darah, dan payudara yg membengkak tadi juga membolong. Karna banyaknya darah yang mengalir dari bolongan itu, ngebuat hb mama turun dan semakin lemes. Setiap kali aku ngeliat bolongan dipayudara mama, aku rasanya pengen teriak. Kenapaa harus begini, kenapa mama harus ngerasain sakit kayak gini. Apa lagi setiap kali mama merintih kesakitan, air mata selalu mengalir. Tanpa diperintahkan untuk menetes, air maata ini tidak sanggup menahan. Menahan rasa yg bergejolak dijiwa. Bahkan setiap kali aku duduk dan memikirkan kondisi mama, air mata ini tak hentinya berhenti mengalir. Aku kasian liat mama, mama saat ini susah untuk melakukan banyak hal. Sungguh aku nggak pernah sanggup nahan air mata ini untuk tidak mengalir. Padahal aku sudah bersikeras untuk nggak nangis,  Tapi tetep aja selalu gagal. Gagal untuk berpura-pura kalo aku bisa tegar. Berpura-pura kalo aku bisa nerimanya. Sebulan lagi,  setahun penyakit kanker payudara itu menyerang mama. Selama setahun itu mama selalu mencoba untuk bertahan,  bertahan untuk  hidup. Setiap hari harus menahan sakit, setiap hati hatus meminum berbagai jenis  obat yg pada kenyataannya mama sendiri tidak ingin mengkonsumsinya. Apa lagi darah yg keluar itu meninggal kan aroma yg nggak enak, sampe mama sendiri nggak kuat untuk menciumnya. Yah bisa ditebak, selain menahan rasa sakit, mama juga harus menahan bau yg keluar dri darah itu. Terkadang aku merasa iri dengam teman2ku, apa mereka nggak pernah dirundung masalah dikeluarga mereka.

Yaa robb sungguh berat cobaan mu ini. Tiada henti ujian yg engkau beri. Setelah papa pergi meninggalkan kami,engkau tambah lagi dengan ujianmu selanjutnya. Jangan,, ya robb.. Jangan kau ambil ibu ku sebelum hamba bisa membuat bangga ibu hamba, sebelum hamba bisa merealisakan mimpi hamba utk orang tua hamba, sebelum ibu hamba melihat dan menggedong cucu dri anak2 hamba nanti. Berikan lah rahmad mu ya robb. Berikan lah pertolongan mu untuk mama. Berikanlah kesembuhan pada mama ya allah. Jangan engkau berikan cobaan yang berat untuk mama, kasihanilah mama ya Allah. Dan jangan engkau butakan matahati kami untuk terpuruk pada masalah ini, membuat kami jadi kufur dengan nikmat mu.

No comments:

Post a Comment