Assalamuailakum warah matullahiwabarakatu...
Allah... hu akbar... Allah hu akbar... laillahhaillahu
huwallahhu Akbar...
Terdengar suara takbir... takbir yang selalu dinantikan
seluruh umat muslim di Bumi ini. Rinduku pada gema takbir dimalam idul fitri, terkalahkan
dengan rindu dengan sosok ibu. Sosok yang sangat berperan dalam kehidupan
setiap insan.
Tepat kemarin 4 Juli 2016 adalah 100 hari mama meninggalkan kami untuk
selamanya. Ntah bagaimana aku mendeskripsikan perasaan ku pada malam takbir
ini. Sedih dan juga senang. Sedih karena teringat semua kenangan bersama mama. Sedih
karena lebaran kali ini harus dilewati tanpa hadirnya sosok mama. Teringat, ketika
ku kecil setiap kali malam takbiran mama merupakan aktor yang paling sibuk
dirumah. Tentu saja untuk mempersiapkan
semua untuk hidangan besok mulai dari susun piring yg akan digunakan, gelas untuk
tamu, piring kue untuk tamu, ganti taplak meja, sampai susun toples diatas meja.
Sedangkan papa, papa merupakan aktor yang senangtiasa menghibur kami dengan takbir
yang dilantunkannya.
“Bawalah aku ke masa kecil ku dulu.. dan biar lah ku kenang
rasa itu sebagai pelepas rinduku.” Penggalan lirik lagu dari Ihsan Tarore feat
Dira dugandi – Bawalah Aku Kembali.
Lagu yang tak sengaja aku pilih malam ini. Membawa kembali
kisah yang pernah terjadi bersama mama. Bahkan ketika beberapa tahun yang lalu
selalu ada hal yang kami buat berdua, salah satunya kue chocochips, agar coklat
dan bolu maksuba. Walaupun terbilang mudah untuk dibuat tapi selalu saja dapur
dalam kondisi yang berantakan ketika aku turun tangan. Baju lebaran? Yah setiap
kali beli baju lebaran pasti selalu mama yang pilih dan setiap pakaian yang aku
pilih kemungkinan besar diomeli mama.
Keliling cinde dan berhempit-hempitan dengan kerumunan orang ketika
berburu kue kering lebaran. Ngisi
ketupat bersama. Disuruh ngaduk masakan mama. Bersih-bersih fentilasi jendela. Nyusun
kue kering bersama.
Mama andaikan kau tau, rasanya aku tak sanggup melewati
semua hal yang selalu kita lakukan bersama. Sangat berbeda ramadhan ini tanpa
hadirnya dirimu. Tak sanggup rasanya melihat orang-orang diluar sana bisa
bersaliman, memeluk dan mencium ibunya. Sungguh maa... Sungguh.
Aku rindu menelan setiap makanan yang kau hidangkan. Aku
rindu ketika aku dengan bangganya menyantap bekal yang aku bawa, walaupun lauk
yang aku bawa hanya tempe goreng, tapi aku bangga mama karena itu adalah
buatanmu.
Ma... Setidaknya saat ini kau tidak lagi merasakan sakit
itu. Setidaknya saat ini kau tidak mengkonsumsi obat-obatan yang banyak.
Setidaknya kau tidak harus malu dengan rambut mu yang menipis. Setidaknya saat
ini kau bisa bertemu dengan papa.
Akan ku selalu ingat pesanmu...
“Setiap kali kau merasa sedih, bacalah alqur’an.”
Lebaran pertama tanpa masakan dari mu ma. Lebaran Pertama
tanpa sholat ied ditemani mu ma. Lebaran pertama yang harus aku syukuri.
Turut berduka cita, semoga Mamamu damai di sisi-Nya. Amin.
ReplyDelete