Tuesday, May 30, 2017

Surat rindu - tempat berteduh

Rindu yang menghujat sudah terlalu lama tertampung
Tak mampu lagi diri membendungnya.
Tak sekokoh dahulu
Selalu saja deras air mengalir begitu saja
Saat mengingat mu.


Layakny surat untuk sang kasih tapi tak tau dimana rimba pujaan.
Layaknya hujan menetes riang gembira tanpa tau untuk siapa tetesan itu mengalir kemana.
Ingin rasanya memeluk
Tapi tak tau kemana pelukan yang tertuju

Aku bukan punjangga.
Bukan pula seorang penulis.
Bukan pula seorang penyair.
Aku hanyalah seorang anak kecil yang kini beranjak dewasa.
Yang sedang mencari tempat untuk berteduh

Dahulu tempat yang paling teduh ada melihat wajahmu ibu.
Tempat yang paling teduh ada saat aku tersadar dari mimpi buruk dan aku masih dalam dekapanmu ibu.
Tempat berteduh dikalah hujan menyerang.
Tempat berteduh dikala semua masalah tak dapat ku atasi sendiri.

Ibu...
Aku percaya saat ini engkau sedang melihatku.
Aku percaya saat ini engkau masih memeluk ku
Aku percaya saat ini pun engkau masih mendekap hangatnya diri ini.

Tapi bagaimana dengan kerinduaan ini.
Kerinduaan ini terlampiaskan.
Kerinduaan ingin berjumpa denganmu.
Kerinduan yang ingin kembali ketempat persinggahan.
Persinggahan yang meneduhkan.

Aku tak bisa terus menanti senja untuk membuat diri ini merasa aman.
Aku tak bisa terus menerus berdiam menatap senja, hanya untuk merasa teduh.
Aku tak ingin senja hanya menemani ku hanya sekejap.

Aku butuh tempat berteduh bu....
Berteduh dari segala sesuatu yang terasa sulit kupahami.
Karena aku masih terlalu kecil untuk kau biar sendiri bertahan dan berjuang.

No comments:

Post a Comment